Ada Apa Dengan Globalisasi Pasar Modal ?

-Yanuar Rizky-
elrizkyNet, 5 November 2002:
“Perang Melawan Teroris”, itulah pesan politik yang ingin disampaikan oleh George W. Bush kepada dunia internasional. Bahkan, telah sampai pula kepada penyidikan pengelolaan dana-dana “pihak” yang diduga teroris, baik itu di perbankan ataupun juga di pasar modal Amerika (NYSE). Sayangnya, pesan politik tersebut terkesan diarahkan secara berlebihan kepada umat Islam, yang berdampak terhadap penarikan dana investor Timur Tengah dalam jumlah cukup signifikan.

Tulisan ini dibuka oleh sebuah fenomena pelarian modal dari investor timur tengah, yang mungkin saja lebih diakibatkan oleh faktor sosial politik. Bagaimana dengan faktor menurunnya tingkat keyakinan investor muslim tentang berlangsungnya perdagangan efek yang syar’i. Telaah kritis tersebut, didasari oleh pandangan ekonomi syariah yang memandang transaksi jual-beli saham harus terbebas dari riba, baik itu yang diakibatkan oleh kebijakan di bursa tentang (1) sistem pencatatan (2) sistem perdagangan, dan (3) sistem pengawasan serta mekanisme penegakan hukum. Strategi bursa, tentunya akan bermuara kepada aspek pembentukan likuiditas dari 3 instrumen tersebut.

Ekulibrium Pasar. Bola salju Enron-gate telah menimbulkan beragam kritikan dari kalangan fundamentalis, dimana investor syariah salah satunya disamping investor yahudi ortodok, yang menyatakan berlangsungnya budaya ekuitas dalam teori kapitalisme telah menjebakan likuiditas bursa ke dalam perdagangan selembar saham sebagai komoditi yang terpisah dari kondisi fundamental sektor riil. Kasus tersebut telah menunjukan adanya ketidakseimbangan antara sektor riil dengan sekuritas-nya.

Terdapat fakta yang menarik untuk dicermati tentang validitas tumbuhnya sektor riil yang selaras dengan peningkatan 16 kali lipat investasi masyarakat di reksa-dana berbasis saham NYSE selama dasawarsa 90-an. Hal tersebut semakin memperkuat dugaan motivasi utama dari proses manipulasi angka-angka fundamental adalah untuk memuaskan keinginan masyarakat investor untuk memperoleh return yang tinggi. (yang diperparah dengan kepemilikian saham di tangan kaum profesional, ESOP).

GCG dan GMG. NYSE merek dagangnya adalah bursa fundamental. Strategi keseimbangan pasar didorong oleh penawaran sekuritisasi nilai aset produktif perusahaan yang wajar, teratur dan efisien (GCG, Good Corporate Governance). Namun demikian, aspek spekulasi tentunya akan tetap beralangsung di bursa global manapun sepanjang masih dalam kendali yang wajar. Oleh karena itu, NYSE menerapkan sistem dealer (dikenal dengan model market specialist) sebagai agen likuiditas di bursa yang “bertugas” melakukan koreksi perdagangan ke arah fundamental. Tujuan utamanya adalah tercapainya mekanisme perdagangan dengan tingkat keterbukaan pola penerapan risk & return yang terpercaya (GMG, Good Market Governance).

Specialist merupakan representasi dari manajer investasi pengelola reksa dana yang memiliki hak untuk melakukan penempatan langsung di bursa sebagai bagaian dari kewajibannya menjaga portopolio yang dikelolanya berada dalam ukuran yang stabil. Stabilitas pengukuran tersebut, dalam aturannya (NYSE) menerapkan pola yang tidak terlepas dari nilai fundamental aset produktif-nya. Perspektif tersebut semakin memperkuat dugaan bahwa manipulasi angka-angka “sangat terpaksa” dilakukan sebagai bagian dari legitimasi dapat bergeraknya harga saham.

Tipsani Aksani. Analisa yang sangat sederhana di atas telah menggiring asudealeri bahwa setiap sistem memiliki kelemahan. Kelemahan tersebut selalu akan dimanfaatkan oleh sikap manusia kapitalis yang serakah untuk melakukan proses Tipsani (Tipu Sana Sini). Kalau resiko bawaan dari budaya ekuitas adalah Tipsani, maka secara logika harusnya peran otoritas pasar modal adalah melakukan proses to-govern yang memberikan kepastian hukum bagi para investor tidak adanya keragu-raguan dan resiko yang berlebihan dari transaksi di bursa (dalam bahasa syariah, dikenal gharar dan masyir).

Kalau begitu, kenapa selama ini investor syariah (fundamental) mau menanamkan dananya di NYSE ?. Jawabannya adalah kepercayaan terhadap sikap otoritas di negara tersebut dalam melakukan tindakan korektif dalam bentuk proses Aksani (aksi sana sini). Resiko bawaan dari likuiditas dari aspek perdagangan dan pencatatan, mau tidak mau harus didukung oleh sistem pengawasan yang tepat. Meskipun sedikit terlambat, skandal korporasi di Amerika, NYSE dan SEC telah menyampaikan pesan kepada investor global bahwa penyimpangan tersebut akan ditindak, tentunya berbeda dengan sistem hukum negara kita yang cenderung menutupinya dengan sikap Alsani (Alasan Sana Sini).

-yanuar Rizky, pengamat pasar modal, sehari-hari bekerja pada salah satu SRO pasar modal, pendapat dalam tulisan ini adalah tanggung jawab pribadi penulis.

Sebelumnya elrizky.net

Teknokrasi, Politisi, dan Penumpang Gelap

Copy Protected by Chetans WP-Copyprotect.