Beautiful Mind, Dari John Nash ke Fenomena Sosial Media

-Yanuar Rizky-
elrizkyNet, 15 Februari 2015:
Film ini ‘A Beautiful Mind’ saya tonton di bioskop sekitar tahun 2001, setelah membaca liputan Kompas Minggu di tahun itu soal penyakit kejiwaan Skizofrenia (Halusinasi Berlebihan) yang menimpa 1% penduduk dunia..

Saya menjadi tertarik menonton film ini, karena mengangkat kisah nyata John Nash, ekonom peraih Nobel 1994, yang dikenal dengan ‘Nash Equilibrium’, tentang teori keseimbangan ekonomi (equilibrium) yang digagas Nash dari ekaperimen amatannya tentang ‘dunia ini bergerak karena aksi reaksi, sebuah permainan yang ada pemainnya, disebut Game Theory’

Sebelumnya saya sudah mengenal John Nash, khususnya ‘game theory’ dari bacaan tempat saya memahami pekerjaan saya saat itu sebagai pemeriksa transaksi bursa di BEJ.

Saat itu, paska krisis 1998, banyak kasus terjadi, disisi lain banyak orang yang saya hadapi dalam proses pemeriksaan berargumentasi soal penerapan aturan (law) dengan mengatakan praktek kebiasaan (common practice) yang bahkan kalau pelaku asing bilangnya praktek global seperti yang mereka lakukan (best practice)

Lalu, waktu itu internet masih jarang lah, tapi salah satu kemewahan BEJ di era itu internet dan email ada di setiap meja kerja.

Setiap selesai adu argumentasi, saya mensearch di internet cerita-cerita kontra argumen dari pihak pelaku pasar terperiksa. Singkat cerita, disitulah saya banyak menemukan ‘game theory’ dari Nash sebagai ‘grand theory’ jurnal-jurnal dan kajian akademik regulasi pasar keuangan di negara maju.

Saya dari seorang berlatarbelakang Pemeriksa (Akuntan) lambat laun banyak belajar makro, moneter, dan psikologi pelaku pasar dipicu logika yang dibangun Nash (Ekonom berlatarbelakang Matematika) tentang proses terbentuknya harga (keseimbangan) di pasar.

Nash menurut saya membangun asumsi didasari bahwa ‘invisible hand’ itu sendiri tidak ada, karena ada yang menggerakanya, yaitu pemain dominan dengan kepentingannya. Ini bagi saya menyanggah ‘common practice’ dan atau ‘best practice’ yang seolah selalu berlindung di balik ‘pesan suci pasar: keseimbangannya bebas dominasi kepentingan’.

Ala invisible hand model Adam Smith, menurut saya tidak logis secara audit. Karena, invisible juga kalau ditulusuri ke detilnya, maka akan ada penggeraknya. Game Theory Nash menjelaskan sebuah pola tentang dominasi, kepentingan dan pembentukan keseimbangan. Dan, disitulah saya banyak belajar soal pekerjaan saya soal pemeriksa transaksi bursa, yaitu memahami audit investigasi ke arah pola permainannya untuk mendapatkan unsur-unsur yang dilarang dalam hukum.

Itu cerita Nash, sampai saya baca Kompas Minggu disaat film dari kisah nyata Nash difilmkan, saya baru tau tokoh yang banyak menginspirasi bacaan saya itu ternyata mengidap sakit jiwa, Skizofrenia.

Menonton Beautifull Mind, memiliki DVD nya, bahkan seperti dalam minggu ini beberapa kali Film Beautiful Mind ditayangkan, saya selalu menontonnya dan menikmati perjalanan hidup seorang cerdas seperti Nash yang kecerdasannya membawanya berhalusinasi berlebihan soal peran besarnya dari kecerdasannya. JUGA, soal dukungan keluarga saat ‘terbangun dalam realita’, sampai diakuinya kecerdasan itu dalam Nobel 1994.

Saat ini, sehabis menonton Beautiful Mind di HBO saya membuka facebook, media sosial yang paling aktif saya ikuti dan gunakan… Saya terpikir, andai di era Nash sudah ada medsos, dindingnya yang penuh guntingan berita tidak di ruang hampa tempat kerjanya saja, juga analisisnya yang menumpuk di halusinasi kotak pos CIA bayangan Nash, mungkin sudah berpindah ke timeline di status dan inboxnya.

Lalu, saya berpikir, jangan-jangan kita yang melampiaskan banyak pikiran kita di era Medsos bisa saja berhalusinasi berlebihan di dunia maya yang tipis kesadarannya dengan hal nyata dalam hidup ini. Aaaah, itu sih liar, tapi beruntunglah ada internet dan era medsos, setidaknya kita ada pelampiasan dan teman diskusi sehat wal’afiat tanpa sakit hati, yang siapa tau dari orang Indonesia ini lewat timeline nya suatu saat ada yang dapat Nobel, #enjoyAja

-yanuar Rizky, penikmat film yang diangkat dari kisah nyata penuh makna :)

Sebelumnya elrizky.net

Teknokrasi, Politisi, dan Penumpang Gelap

Copy Protected by Chetans WP-Copyprotect.