Misteri Malaysia Air dan Poros Kuala Lumpur – Beijing

-Yanuar Rizky-
elrizkyNet, 17 maret 2014:
Misteri Malaysia Air dan Poros Kuala Lumpur – Beijing

Misteri hilangnya pesawat Malaysia Air MH 370 (rute Kuala Lumpur – Beijing) telah memasuki pekan kedua. Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Rajak mengisyaratkan kemungkinan pesawat dibajak, terkait jalur penerbangan pesawat itu yang keluar dari radar sipil tapi tertangkap sinyal militer berbelok arah ke Hindia. Jika dibajak, maka pikiran banyak pihak akan jadi ‘liar’ ke arah ‘duga-duga’ motifnya.

Saya jadi tertarik juga untuk ikut menelisik (derajatnya hanya duga-duga lah hehe), dari asumsi ‘jika dibajak, kenapa penerbangan Kuala Lumpur – Beijing?’. Terlebih, penumpang terbesar dari Warga Negara Cina, dimana tekanan terhadap pemerintah Malaysia juga tampak dari pernyataan-pernyataan pemerintah Cina. Juga, upaya keras dari pemerintah Cina juga untuk menemukannya.

Berangkat, dari asumsi pertanyaan liar di pikiran saya dalam membaca-baca berita MH 370, kemudia saya teringat bahwa secara moneter Bank Sentral Malaysia (BNM) dan Bank Sentral Cina (PBC) adalah dua sejoli yang ‘memadu kasih’ dalam aliansi moneternya (monetary baseline). Tulisan ini, mencoba mencatatkan apa yang sering saya bacaa terkait ‘Poros Kuala Lumpur – Beijing’ dalam peta perang moneter yang melanda dunia dalam senyap.

Ketika krisis Finansial di New York terjadi, pada semester 2 tahun 2008, dunia berada dalam kondisi ketidakseimbangan. Hal ini terlihat, dari pola neraca moneter Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) sebagai episentrum krisis, maka yang terjadi paska proses bailout struktur neraca moneter The Fed berubah dengan masuknya surat utang swasta (underlying bailout). Disisi lain, kebutuhan dana untuk penyerapan surat utang pemerintah Amerika Serikat juga meningkat, dikarenakan naiknya defisit diakibatkan terjadinya pengangguran.

neraca moneter global

Pada saat itu, bahkan sejak September 2007 (setahun sebelum krisis finansial 2008) saya telah menulis di berbagai media masa terkait adanya “gesekan” antara The Fed dengan PBC. Di Kompas, saya menulis teknis di akhir tahun 2007, juga di majalah Gatra. Itulah sebenarnya yang kemudian dikenal “perang moneter global”. Sama halnya, dengan perang dingin, perang moneter pun penuh dengan runtutan aliansi-aliansi (“sekutu”) yang dilakukan oleh The Fed maupun PBC secara senyap. Berbeda dengan perang fisik, penyatuan kekuatan moneter dan harmonisasi kebijakan moneter antar aliansi Bank Sentral (monetary baseline) menjadi cirinya.

Posisi waktu itu sebenarnya sederhana. Jika dilihat dari grafik yang saya ambil dari dashboard riset kantor kami (BIG ftrack) di tahun 2011, maka masalahnya The Fed terserap untuk menyerap surat utang swasta disaat surat utang pemerintah AS pun bertumbuh. Posisi keseimbangan yang diharapkan adalah PBC sebagai pemain asing yang menyerap surat utang pemerintah AS yang terus meningkat jumlahnya sejak tahun 2002, akan menukar Cash nya ke surat utang pemerintah AS dalam skala lebih besar. Tapi, dari grafik batang di atas menunjukan justru sejak 2008 agresifitas pertumbuhan surat utang pemerintah AS dalam neraca PBC melambat. Bahkan, di tahun 2010 mereka mengerem dan menguranginya (inilah sebenarnya kenapa kebijakan QE The Fed lahir, yaitu mencetak duit dari menabar pancingan uang The Fed ke pasar negara berkembang, soal ini sering saya bahas dalam tulisan-tulisan terdahulu)

Akan tetapi, dunia saat ini berada dalam pasar keuangan terbuka, tapi otoritas negaranya masih berdaulat di masing-masing bank sentral nya. Pertarungan bergeser, baik The Fed maupun PBC sama-sama mencari “cetak uang” di kuali yang sama, yaitu emerging market. Perebutan pengaruh menjadi penting, inilah yang disebut media barat “perang moneter global”, yang dalam senyap sebenarnya ada aliansi-aliansi antar Bank Sentral di dalamnya.

Yang seru sebenarnya di Kuartal akhir 2008, PBC sempat aliansi menyatukan monetary baseline dengan Bank Sentral Jepang (BOJ) dan Bank Sentral Korea Selatan (BOK). Sedangkan setahun sebelumnya, 12 September 2007 di Frankfurt, Chairman The Fed saat itu (Bernanke) meminta negara G-8 untuk mendukung kebijakan moneter The Fed. Dimana, Jepang ada di dalam G-8. Padahal waktu itu, paska lobi G-8 di Frankfurt, PBC melakukan “perlawanan” dengan menaikkan suku bunganya di saat The Fed menginginkan semua Bank Sentral ikut turunkan suku bunga, tujuannya agar saat Fed turunkan bunga tidak terjadi perpindahan modal ke negara yang menerapkan bunga tinggi. Dalam tulisan ketika itu, salah satunya di Kompas, saya memberikan fakta Devisa The Fed memang tergerus oleh PBC akibat bunga turun Fed dijawab bunga naik PBC.

Lalu, di tahun 2007 The Fed dan Bank Sentral Eropa menyatukan kebijakan moneter, yang disebut TAF (Term Auction Facilities) yang dananya berasal dari kedua Bank Sentral. Jadi, QE saat itu disebutnya TAF dan beberapa turunannya (TALF, dsbnya). Bayangkan, saaat episentrumnya “goyah” di kuartal akhir 2008, salah satu Bank Sentral negara G-8 (BOJ) justru digaet cina (PBC). Saya masih ingat, saat itu Gubernur BOJ (Fukui) sudah masa-masa akhir jabatannya. Dan, benar saja saat pergantiannya sempat dikocok ulang di parlemen Jepang, karena calonnya dianggap “kurang pas”. Ya, dimana-mana soal politisasi Bank Sentral kan terjadi, tidak hanya khas di senayan hahaha 

Setelah itu, aliansi PBC dengan BOJ + BOK memang hilang ditelan angin. Namun, yang menarik setelah itu, PBC melakukan aliansi dengan Bank Sentral Malaysia (BNM). Inilah yang saya maksud asumsi di awal tulisan, yang derajatnya kira-kira :) apakah ada yang memang ingin mengoyahkan aliansi “poros Kuala Lumpur – Beijing?” Walluhu’allam… Tapi, yang jelas hubungan aliansi PBC dan BNM memang terus melangkah lebih jauh, bahkan di November 2013 BNM telah menempatkan kantor representatifnya di Beijing, disertai MOU monetary baseline lebih dalam antara BNM dengan PBC. Seperti tampak, dalam capture yang saya lakukan dari rilis PBC ini

pbc bnm

Di sisi lain anggota negara G-8 lainnya (Rusia) juga menyatakan dukungannya kepada Cina terkait “memikir ulang dominasi USD sebagai mata uang dunia”. Isu yang dilempar Putin mengancam AS dan Eropa pun saat krisis Ukraina adalah ukuran moneter (melepas US Dolar). Sekali lagi, satu yang terasa di titik perang moneter memang terasa sebagai perang dingin dasawarsa terakhir ini. Tapi, soal pembajakan jangan terlalu diasumsikan lah, dan tulisan ini jangan dipandang terlalu serius, ini hanya fiksi “otak atik gathuk”, yang entah ada kaitannya atau tidak. Semoga, siapapun itu masyarakat sipil janganlah jadi korban, seraya berdo’a penumpang MH 370 semoga lekas didapatkan kepastiannya dalam lindungan Tuhan.. Aamiin

[catatan: tulisan ini “otak atik gathuk” sotoy dalam pengkait-kaitan, pakai data terkait peta moneter global tapi mengkaitkannya ke fenomena “isu bajak MH 370” hanyalah fiksi belaka yang kalau dalam bioskop “nama dan karakter tidak mencerminkan kemiripan di dunia nyata wuakakaka]

-yanuar Rizky, penikmat dunia analisa

Sebelumnya elrizky.net

Teknokrasi, Politisi, dan Penumpang Gelap

Copy Protected by Chetans WP-Copyprotect.