Optimalisasi Proses Pendidikan Akuntansi Dalam Rangka Penciptaan Struktur Sumber Daya Manusia yang Handal

-Yanuar Rizky-
Majalah Auditor, edisi Juli – Oktober 1995:
Rasanya telah sering terdengar ungkapan-ungkapan yang bernada pesimistis dari kaum intelektual kita, baik itu cendekiawan, mahasiswa, praktisi, masyarakat maupun orang tua tentang kesiapan sumber daya manusia Indonesia untuk menyongsong era persaingan global. Ilustrasi logis semakin terlihat nyata ketika Mendikbud Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro menanyakan hal tersebut kepada futurolog ekonomi ternama John Naisbite pada suatu kesempatan seminar yang diselenggarakan salah satu televisi swasta baru-baru ini.

Dari semua kerangka pemikiran yang sepintas penulis amati, proporsi pendapat yang mengarah pada pesimistis lebih “significant” dibandingkan nada optimistis. Penulis beranggapan banyak hal yang disiapkan oleh bangsa Indonesia cenderung kepada hal pertahanan pasif terhadap tenaga profesional negara yang telah lebih maju. Dalam tulisan ini penulis akan menyoroti masalah perbaikan proses menyeluruh terhadap penyiapan sumber daya manusia dalam bidang akuntansi yang memiliki wasasan luas, profesionalisme, skill dan struktural etos kerja yang optimal. Kriteria tersebut merupakan output dari dunia pendidikan untuk dikembangkan dalam struktur aset perusahaan.

Perilaku serta Budaya bangsa Indonesia

Bangsa Indonesia merupa-kan bangsa yang sangat arogan dengan kelompok. Hal tersebut banyak terlihat dalam pengam-bilan keputusan strategik, se-hingga terasa menjadi suatu aro-gansi yang semu. Perilaku arogansi tersebut berdampak terhadap penciptaan budaya bangsa yang kurang kompetitif. Kecenderungan merasa cukup puas dengan kondisi strata kelompok yang lain dari yang lain merupakan hal yang esential dari budaya sumber daya manusia Indonesia. Bahkan, filo-sofi jawa “mangan ora mangan sing penting ngumpul” merupa-kan cerminan budaya berkelom-pok yang kuat dari keseluruhan suku bangsa Indonesia.

Akan tetapi, filosofi tersebut dirasa cukup tepat untuk me-numbuhkan motivasi dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Hal tersebut tercermin dari pertum-buhan ekonomi dan peluang usaha yang bombastis dewasa ini. Pertumbuhan ekonomi menciptakan interaksi antara bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Sehingga, budaya kelompok usa-ha di Indonesia secara orientasi struktural dirasa mulai bergeser.

Karakteristik input pendidikan tinggi Akuntansi Indonesia.

Perilaku serta budaya bang-sa tersebut melahirkan beberapa karakteristik persaingan dan pe-ningkatan kemampuan dalam memotivasi diri.Motivasi merupakan faktor pelecut penting dalam pening-katan kualitas sumber daya ma-nusia. Dimana, kemampuan dan harapan merupakan variabel penciptaan sebuah motivasi tu-juan individu.

Karakteristik harapan yang mewarnai usaha peningkatan kemampuan yang secara terin-tegrasi menjadi motivasi bertin-dak dari individu. Secara karak-teristik di Indonesia adalah un-tuk menjadi individu yang memiliki kemampuan secara aka-demis yang lain dari yang lain atau untuk menjadi kelompok profesi yang cenderung maju dalam kegiatan usaha. Maju di sini secara budaya bangsa Indo-nesia membawa dampak hanya sebatas atribut.

Motivasi terbentuk dengan adanya harapan menyandang suatu atribut. Ilustrasi hal tersebut terlihat dari antrian panjang kursi di perguruan tinggi, terutama jurusan yang memiliki kelompok profesi “atribut” ekslusif. Akuntansi merupakan salah satu kursi yang diperebutkan. Akan tetapi benarkah input tersebut akan menjadi kualitas sumber daya Akuntan yang han-dal di masa depan ?.

Karakteristik input maha-siswa yang ikut bersaing dan ke-lak ikut memenangkan per-saingan tersebut, baik itu di PTN maupun di PTS, sangatlah bias untuk dikategorikan memiliki pengetahuan yang cukup tentang informasi dunianya.
Disamping hal tersebut per-saingan semenjak pre-input membuat dunia kerja menuntut persyaratan akademis cukup tinggi dengan ukuran standar IPk. Hal tersebut melahirkan ka-rakteristik “studi oriented”. Penulis sadar hal tersebut sangatlah wajar.

Sebagai ilustrasi, film “disclousure” yang sarat dengan pergolakan perilaku organisasi dalam manajemen dirasa oleh mahasiswa akuntansi dan ma-najemen dapat lebih dicerna esensi konflik organisasinya dibandingkan unsur “hiburannya”, akan tetapi untuk dapat me-nonton “disclousure” tersebut diperlukan pengobanan untuk sebuah tiket masuk, baik itu alokasi financial ataupun antrian yang cukup panjang.

Pengorbanan tersebut meru-pakan ilustratif dari proses studi pencapaaian IPk tinggi, dimana IPk tinggi tersebut merupakan tiket.Hal tersebut merupakan pentingnya kualiats akademis formal. Akan tetapi proses kreati-fitas serta inovasi melihat pergo-lakan perilaku organisasi dari-pada unsur hiburan merupakan ilustrasi dari pentingnya daya analisa kritis serta wawasan yang luas, hal tersebut merupa-kan cerminan pentingnya ke-mampuan non-akademis formal.

Sehingga dua hal orientasi tersebut sangat terkait dan bukan merupakan sesuatu untuk diper-tentangkan. Dimana, untuk ber-inovasi memerlukan suatu tiket. Ilustrasi sederhana tersebut cukup memberikan beberapa pe-ngelompokan alternatif kemung-kinan karakteristik motivasi dari input pendidikan akuntansi Indonesia :
* Mengutamakan atribut gelar akuntan agar menjadi kelom-pok yang lain dari yang lain, karena adanya pihak lain yang kurang beruntung dalam per-saingan menjadi calon akun-tan, baik itu faktor finansial ataupun keberuntungan. (orientasi input).
* Mencoba menyelesaikan pro-ses kuliah tepat waktu dan memiliki tiket yang melebihi standar agar menjadi “produk” yang laku pada tahap awal. (orientasi proses).
* Mencoba proses pengisian wawasan agar dapat beri-novasi dan berkreasi (orientasi output).

optimasiAkuntan1

Fungsi yang terkait
• Fungsi Pendidikan
• Fungsi Pengajaran
• Fungsi Penelitian
• Fungsi Pengabdian Masyarakat

Fungsi Pendidikan merupa-kan fungsi normatif dari suatu entitas dunia pendidikan nasio-nal. Produk kurikulum dari fungsi tersebut sangat mewarnai struktur formal pendidikan. Konsorsium pendidikan akuntansi melahirkan garis-garis besar struktur komposisi mata kuliah jurusan akuntansi di perguruan tinggi Indonesia.

Fungsi pengajaran merupa-kan fungsi komunikasi dari pemikiran-pemikiran yang terda-pat dalam garis-garis besar ku-rikulum.

Fungsi penelitian merupa-kan fungsi menghasilkan serta mengembangakan suatu pemi-kiran menjadi suatu produk ilmiah.

Fungsi pengabdian masya-rakat merupakan fungsi interaksi sosial dari dunia akuntansi terhadap realitas sosial yang terjadi dalam kehidupan ber-masyarakat.

Fungsi-fungsi tersebut se-cara struktural formal akan ter-kait satu sama lain dalam suatu struktur pendidikan tinggi. Di-mana, keterkaitan satu-sama lain tercermin dalam organisasi pro-sedur yang ada. Hal tersebut tercakup dalam Tri Darma Per-guruan Tinggi.

Organisasi prosedur Struktur Formal
Fungsi pendidikan merupakan fungsi utama dari struktur ini. Dengan adanya standarisasi dari produk dunia pendidikan membawa dampak dapat dilaku-kannya fungsi penelitian. Hasil dari penelitian tersebut merupa-kan proses motivasi peningkatan kemampuan intelektual.

Dimana, prosedur yang ter-dapat dalam garis-garis besar kurikulum (sebagai landasan motivasi akademis) serta output pemikiran dari penelitian akan dikomunikasikan dalam tatap muka antara pendidik dan maha-siswa. Hasil dari fungsi ini adalah nilai hadiah ataupun hukuman bagi “knowledge contents”. Kemudian funsi pengabdian masyarakat merupakan koordi-nasi dari seluruh prosedur beserta output di atas.

Struktur Informal
Fungsi yang terkait
• Fungsi Lembaga Mahasiswa
• Fungsi Organisasi Profesi
• Fungsi Pemerintah

Fungsi lembaga mahasiswa adalah mengkomunikasikan ser-ta berinteraksi dalam idealisme dan kreatifitas mahasiswa ke dalam maupun keluar. Produk dari fungsi tersebut adalah kegiatan ilmiah maupun non-ilmiah yang terprogram.

Fungsi organisasi profesi dalam hal ini Ikatan Akuntan Indonesia. Fungsi dari IAI sampai saat ini dirasa kurang memasyarakat di kalangan ma-hasiswa. Sehingga menurut imajinatif penulis fungsi IAI yang terlihat adalah sebagai suatu wadah interaksi idealisme dan kreatifitas akademisi, prak-tisi dan intelektual akuntansi di indonesia.

Fungsi pemerintah adalah fungsi mengatur. Dimana, dalam hal ini produk yang dihasilkan mengikat ke dalam seluruh wi-layah RI.

Organisasi prosedur Struktur Informal

Organisasi dari struktur informal tidak sesistematis struk-tur formal, akan tetapi cukup bahkan terkadang sangat ikut mewarnai struktur pendidikan tinggi Akuntansi Indonesia. Ap-abila melihat dengan kaca mata manajemen strategik, maka hal tersebut merupakan peluang dan hambatan dari pembentukan struktur. Sementara struktur for-mal merupakan normatif dari kekuatan dan kelemahan yang mungkin timbul.

Struktur Pendidikan Tinggi

Struktur formal dan struktur informal akan mewarnai serta membentuk struktur pendidikan tinggi Indonesia. Struktur ter-sebut akan mewarnai proses. Di-mana, ukuran kinerjanya adalah esfisiensi, efektifitas dan produk-tifitas.
Untuk mencapai ke tiga kinerja tersebut secara ber-samaan, dari sudut pandang ka-rakteristik, sangatlah sulit. Se-hingga, optimalisasi dari proses merupakan pilihan yang tepat untuk pencapaian tujuan sumber daya manusia yang handal.

OPTIMALISASI PROSES PENDIDIKAN AKUNTANSI

Optimalisasi secara fungsi manajemen merupakan hal ter-baik yang dapat dilakukan terha-dap pemberdayaan sumber daya yang dimiliki. Dimana, dalam pencapaian nilai optimal diper-lukan perencanaan startegis yang baik.
Minimum disparitas meru-pakan ukuran efisiensi opti-malisasi, yaitu dengan mem-bandingkan latar belakang ka-rakteristik input dengan output yang kelak diahasilkan. Dari hal tersebut dapat terlihat efektifitas, berupa penca-paian tujuan yang tepat, dalam hal ini terciptanya sumber daya manusia yang handal.

Produktifitas dapat terlihat dari dapat berkembangnya sum-ber daya tersebut secara kom-petitif menjadi struktur aset positif perusahaan. Optimalisasi terhadap ke tiga pengukuran kinerja di atas dapat dilakukan dengan melihat skema oranisasi prosedur keter-kaitan fungsi dalam struktur. Hal-hal yang dapat dilakukan dalam mengoptimalkan proses adalah dengan mengoptimalkan fungsi beserta keterkaitannya da-ri suatu struktur. Bukan berkelit di input, proses ataupun output saja. Artinya optimalisasi proses di sini harus terintegrasi.

Integarasi tersebut lebih berorientasi pada tujuan. Artinya tercapainya tujuan individu yang handal menjamin tercapainya tu-juan kelompok profesional yang kompetitif . Berawal dari perbaikan me-nyeluruh terhadap proses pem-bentukan kembali karakter inilah diharapkan kondisi kelemahan dari karakteristik input dapat tertutupi oleh kekuatan struk-tural profesi. Serta ditindak lan-juti dengan pemanfaatan pe-luang serta sikap optimistis dalam melihat hambatan dari kondisi tidak terstruktur. Secara manajemen strategik, perencanaan peran fungsi dari tiap entitas ini akan membawa dampak kekuatan, peluang lebih besar dari kelemahan,hambatan.

Optimalisasi Formal

Fungsi pendidikan sebagai arsitek penentu arah harus lebih berkreasi secara strategik bukan secara operasional dan penge-lolaaan. Sehingga kurikulum le-bih menuntun pemikiran tehnis yang memiliki dimensi profe-sionalisme, skill dan integratif. Disadari oleh semua pihak bahwa akuntansi adalah “pem-bantu” tuan manajer dan ma-syarakat. Pola pikir dari definisi tersebut menuntun pendidikan akuntansi memolakan diri ke-pada kekuatan tehnis. Hal tersebut tidaklah salah, akan tetapi mari kita cermati arti penting akuntansi sebagai suatu seni menyajikan informasi yang tepat.
Kekuatan pendidikan tehnis beserta Undang-Undang tentang akuntan sempat memanjakan dunia akuntansi pada tidur lelap yang panjang.

Ilustrasi, sekian waktu yang lama akuntan merupakan ke-lompok eksklusif. Akuntan bangga akan ketehnisannya yang tak dapat disainggi unsur lain. Akan tetapi ketika diramaikan GATT dan perubahan orientasi manajemen dalam menjalankan fungsinya membuat disparitas antara sumber daya dengan dengan struktur aset perusahaan tentang kriteria sumber daya manusia yang diperlukan.

Mengapa pesimistis tersebut terjadi seandainaya orientasi akuntasi dari sudut pandang ilmu memang tepat. Hal tersebut terletak dari kurang terba-ngunnya kerangka kurikulum yang bernuansa ilmu akan tetapi memungkinkan inovasi menuju pendekatan kreatifitas.

Fungsi pendidikan yang optimal akan mendorong moti-vasi berkreasi sebagai jawaban dari aktualisasi kualitas diri

Fungsi pengajaran dengan pengoptimalan dari fungsi pen-didikan dan penelitian di atas perlu memperbaiki peran. Peran ideal yang dapat dilakukan dalam komunikasi adalah me-ngarahkan hasil kreasi penelitian dalam keranggka itegratif ilmu kepada mahasiswa. Peran inte-gratif tersebut akan memancing mahasiswa mengoptimalkan ke-tehnisannya, karena merasa ter-tarik. Ketertarikan tercipta de-ngan pemancingan wawasan kreatifitas. Disamping itu kaum orientasi output pun akan men-coba lebih memperdalam ilmu untuk tujuan aktualisasi seni. Harapan lain, kaum atribut akan terdorong oleh kondisi ling-kungan interaktif.

Pengabdian masyarakat akan terjadi sebagai akumulasi aktualisasi kelompok secara integral. Hal tersebut mendorong sikap optimistis akuntan akan kekuatannya dalam pengum-pulan, pengelompokan dan pe-nyajian fakta untuk berkreasi de-ngan dasar spesialisasi yang handal. Sehingga peran pun dalam sistem informasi tidak bias.

Optimalisasi Informal

Lembaga mahasiswa, dalam hal ini himpunan mahasiswa jurusan merupakan pemegang kendali yang cukup besar dalam struktur informal Kendali terse-but sering kurang disadari oleh para aktivis dekade globalisasi ini. Para aktivis sering menjual idealisme dalam kemasan masa lalu. Artinya sebuah idealisme kurang dikemas menjadi produk yang “marketable”. Sehingga peran fungsi penting lembaga mahasiswa bergeser ke arah penciptakan ketertarikan per-luasan wawasan, kreatifitas, inovasi dan skill dari input pendidikan akuntansi Indonesia.

Ketertarikan secara konsep pemasaran menuntut peran seni mengelola produk menjadi kepuasan bagi mahasiswa. Ke-puasan akan menimbulkan mo-tivasi untuk melatih kreatifitas dan produktifitas. Motivasi ter-sebut akan teraktualisasi bila mahasiswa merasa ada kebu-tuhan akan latihan organisasi. Kebutuhan yang memberi rang-sangan “take and give” adalah nuansa interaksi dengan dunia intern akuntansi dan faktor ketidakteraturan lainnya dengan nuansa pemberdayaan ilmu akuntansi.

Peran IAI haruslah bergeser dari organisasi kurang me-masyarakat menjadi organisasi yang berperan aktif dalam proses optimalisasi. IAI harus memiliki nuansa kemauan untuk berintegrasi de-ngan dunia mahasiswa. Disam-ping itu peran IAI harus lebih dikonsentrasikan pada transfor-masi pemikiran dengan jalan pengkajian mendalam. Kemu-dian transformasi tersebut harus dapat dikomunikasikan dengan tepat serta “marketable”.

Disamping hal tersebut IAI seperti layaknya himaju harus mampu menunjukan profe-sionalisme dalam “Take and Give” di lingkungan akuntan. Sehingga kemauan akuntan untuk membagi pemikiran ten-tang peningkatan kualitas secara umum. Dengan jalan berkreasi serta adaptif terhadap peruba-han.

Peran IAI sebagai penghasil standar dirasa kurang optimal dalam pemasyarakatan dan inte-raksi pemikiran. Solusi yang dapat dilakukan adalah dila-kukan pemangkasan dan menun-tut peran pemerintah serta masyarakat untuk aktif.
Pemerintah dapat mem-bentuk sebuah badan pembentuk standar. Sehingga sumber daya pengkaji akan terkonsentrasi dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pelaksanaan standar.

Hal tersebut dirasa perlu karena fungsi IAI dalam hal tersebut dirasa kurang optimal, karana adanya motivasi menjadi anggota IAI hanyalah sam-pingan, sedangkan aktualisasi sebenarnya terletak pada pem-berdayaan profesi individual. Motivasi tersebut dapat optimal dengan kreasi program IAI yang lebih bernuansa profesi. Disamping itu kepentingan yang bias dalam standar yang menguntungkan profesi secara individual terhindari. Idealnya dibentuk badan yang secara khusus bekerja dalam mana-jemen standar.

Dimana, IAI merupakan or-ganisasi yang ikut berinteraksi dalam pemikiran beserta akade-misi, peneliti, serta pihak ekster-nal yang berkepentingan di bawah koordinasi suatu lembaga. Artinya ada manajemen yang khusus bekerja dalam koordinasi dan komunikasi standar akun-tansi

Optimalisasi informal dapat tercapai apabila ada keterkaitan serta interaksi positif dari hima-ju, IAI serta pemerintah dalam berkreasi dengan nuansa ilmu akuntansi. Idealisme yang me-mungkinkan secara pendekatan sistem informasi operasional kegiatan terletak di himaju, IAI melakukan fungsi sistem informasi manajemen serta lem-baga standar merupakan fungsi “strategic management”.

Total Optimalisasi

Optimalisasi secara total dengan jalan tercapai interaksi antara struktur fomal dengan struktur informal menjadi warna struktur pendidikan indonesia. Struktur tersebut mewarnai proses pemberdayaan peran se-suai fungsi ilmu maupun kreatifitas serta inovasi.

Hasil dari interaksi tersebut berdampak terciptanya sumber daya akuntan yang handal de-ngan rasa optimistis. Optimistis dalam penguasaan ilmu yang baik secara tiket maupun kreatifitas. Akuntan handal merasa optimis menghadapi pihak lain yang mulai bergerak di bidangnya dengan penguasaan konsep pengakuan, pengkelom-pokan dan penyajian informasi yang baik. Serta bersaing kompetitif dengan wawasan kretifitas, profesionalisme dan inovasi dengan akuntan asing.

PENUTUP

Optimalisasi dalam proses pendidikan akuntansi akan
1. mencerminkan terkurangi-nya disparitas yang terjadi. (efisiensi).
2. Menghasilkan kualitas Sum-ber Daya Akuntan yang handal, dengan skill yang matang serta profesinal, inovatif, kreatif dengan wawasan memadai. (efektif)

Kedua hal tersebut akan membawa sumber daya akuntan Indonesia yang sesuai dengan struktur aset perusahaan. Dimana, proses optimalisasi sumber daya manusia akan ber-kelanjutan kembali di masyarakat selaras dengan pro-ses pendidikan. Tolak ukur yang relevan dalam aset perusahaan adalah terciptanya produktivitas pemberdayaan alokasi ekonomis dari sumber daya manusia.

– yanuar Rizky, mahasiswa jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UGM

Sebelumnya elrizky.net

Teknokrasi, Politisi, dan Penumpang Gelap

Copy Protected by Chetans WP-Copyprotect.