Pemanfaatan Warnet Sebagai Media Masa Depan Galeri Saham

-Yanuar Rizky-
elrizkyNet, 14 September 2001:
Krisis pasar modal global sebagai akibat aksi teroris di gedung WTC di New York dikhawatirkan akan melemahkan aktivitas pemodal besar dunia (asing) yang berpusat di Amerika. Dampak yang dirasakan oleh BEJ terhadap hal tersebut adalah penurunan indeks pada tanggal 12 September 2001 sebesar 3,5 % yang masih di bawah nilai penurunan pada saat terjadinya ketidakpastian politik nasional pada bulan maret dengan titik terendah penurunan pada tanggal 12 Maret 2001 sebesar 4,22 %. Sentimen negatif tersebut, pada periode krisis perekonomian global terkoreksi naik 2,7 % pada tanggal 13 September 2001, sedangkan pada saat krisis politik tanah air sentimen negatif berlanjut di hari berikutnya dengan penurunan sebesar 2,70 %. Analisa sederhana terhadap data perdagangan tersesebut, cateris paribus, mengarahkan kita kepada sebuah kenyataan bahwa penopang pasar modal Indonesia semenjak krisis ekonomi adalah pemodal lokal.

Data empiris lainnya menunjukan setelah krisis ekonomi partisipasi transaksi pemodal lokal di BEJ meningkat sebesar rata-rata 7,8 %/tahun, sedangkan untuk transaksi pemodal asing dalam kondisi sebaliknya (menurun) dengan nilai prosentase yang sama (antara tahun 1996 sampai dengan tahun 2000). Peningkatan volume partisipasi pemodal lokal tersebut tampaknya tidak diikuti oleh kumulatif populasi pemodal lokal, bahkan menurut HND Moerdani (Ketua MISSI) trend tersebut memiliki kecenderungan menurun dengan jumlah populasi sekitar 10.000 dari 200 juta penduduk (sekitar 0,005 %). Terdapat dua agenda strategis terkait dengan mengelola pemodal lokal yang menjadi pemodal di pasar modal, yaitu mempertahankan dan memberikan isentif partisipasi transaksi bagi pemodal lama serta memancing masuk pemodal lokal baru untuk berpartisipasi di pasar.

Karakteristik terbesar dari pemodal lokal di pasar modal adalah pemodal individual non manajer investasi (retail). Peningkatan partisipasi langsung pemodal individual di Bursa di Amerika Serikat di-triger oleh fasilitasi on-line trading perusahaan efek yang diakibatkan sistem perdagangan jarak jauh yang diterapkan oleh Bursa Efek (Remote Trading), dengan bentuk broker, ECN (Electronic Communication Network) ataupun ATS (Alternative Trading System), baik itu Anggota Bursa maupun non Anggota bursa (Yanuar Rizky, Bisnis Indonesia 21 Februari 2001).

Berbicara perluasan akses pasar, tentunya mau tidak mau rencana remote trading di pasar modal Indonesia harus diikuti oleh konsepsi yang terencana sampai ke end user investor dengan program on-line trading. Kenapa demikian ?, sebuah diskusi interaktif yang pernah penulis ikuti di forum web seminar (www.trendtrader.com) menyiratkan bahwa karakteristik pemodal individual adalah spekulatif jangka pendek dengan pola day trading, sehingga pergerakan data real time di layar monitor adalah insentif segar bagi pemodal dengan pola tersebut. Kalau ditarik garis lurus, cateris paribus, pola dan karakteristik yang sama juga tercermin di pemodal lokal kita saat ini dengan komunitas menyaksikan pergerakan harga melalui media informasi real time di galeri saham kantor broker

Banyak pelaku pasar yang bertanya apakah on-line trading di Indonesia akan berhasil ?. Terdapat dua alasan tentang timbulnya pertanyaan tersebut, yaitu tipisnya jumlah penduduk pengguna jasa internet di Indonesia serta rendahnya tingkat penetrasi model bisnis e-Commerce di Indonesia. Terhadap alasan pertama, data empiris tentang akses internet di Indonesia, menunjukan dari populasi 2 juta orang pengguna (sekitar 1% dari jumlah penduduk), 42 % diantaranya akses internet dilakukan dari Warnet, 41 % dari kantor dan hanya 12 % dari rumah. Sedangkan untuk alasan kedua banyak diskusi interaktif yang dapat kita amati di milis-milis yang membahas masalah telematika (diantaranya penulis-ti@yahoogroups.com), diakibatkan oleh siklus penggunaan internet di Indonesia masih dalam taraf media hiburan, pengetahuan, berita dan jalur silaturahmi (community channel).

Potensi luar biasa dari penetrasi Warnet sebagai media perantara internet ini perlu dicermati secara strategis oleh pelaku pasar modal Indonesia. Jika diasumsikan bahwa 10.000 pemodal lokal di pasar modal, 80 % di antaranya merupakan populasi dari 2 juta pengguna internet di Indonesia, yang besar kemungkinan 90 % di antaranya dilakukan dari rumah dan kantor, maka masa mengambang yang terbiasa akses internet dari Warnet merupakan potensi pemodal baru yang dapat ditarik ke pasar modal adalah sebesar 756.000 penduduk.

Aliansi Strategis Broker dan Warnet

Penetrasi pertama dari aliansi strategis yang terjadi adalah menyentuh perilaku pemodal individual di pasar modal yang sebagian besar terbiasa melakukan transaksi dengan jalan screen based shoping. Contoh sederhana dari hal tersebut, misalnya untuk membeli baju di internet mungkin saja ada keraguan apakah bentuknya seindah aslinya, belum lagi perasaan window shoping di mal jauh lebih menarik. Sedangkan, kalau melihat harga saham legitimasi dapat diperoleh sepanjang proses transaksi dan penyelesaian dapat diterima di rekening nasabah tanpa mempertimbangkan bentuk fisik saham tersebut.

Penetrasi kedua adalah terbiasanya pemodal individual beramai-ramai di galeri broker menunjukan adanya rasa silaturahmi tukar pikiran yang lebih interaktif di antara sesama pemodal. Hal tersebut sejalan dengan prinsip Warnet yang menampung user pengakses internet dalam satu ruangan yang sama, walaupun menurut studi di Amerika hal tersebut dapat dieliminir oleh pembentukan media interaktif berupa discusion forum di web internet. Akan tetapi, tampaknya untuk kasus Indonesia Interaksi dalam bentuk oral jauh lebih mudah dibandingkan dalam bentuk tulisan. Secara sederhana ide aliansi yang dimunculkan adalah memindahkan fungsi galeri saham di kantor broker ke tempat-tempat Warnet jauh lebih efektif, efisien dan ekonomis dibandingkan dengan jalan membuka kantor-kantor cabang yang meyerap biaya operasi yang tidak sedikit.

Pemanfaatan Media Edutaiment

Edutaiment adalah sebuah metodologi sosialisasi yang memadukan unsur pengetahuan dengan kemasan hiburan. Media tersebut cukup efektif untuk dilakukan pada saat ini oleh Perusahaan Efek yang berniat mengandeng Warnet sebagai sarana perluasan investor di pasar modal. Kerjasama strategis dapat dilakukan dengan jalan Broker membangun portal edukasi tentang transaksi pasar modal, baik itu berbentuk Web Seminar ataupun Simulasi Transaksi di pasar modal dengan jalan memberikan isentif tertentu kepada pengguna internet di Warnet untuk akses ke portal tersebut.

Edukasi oral dapat juga dilakukan oleh petugas Warnet yang sebelumnya telah dilatih tentang pengetahuan pasar modal (prinsip Training fo Trainer). Jika saja petugas Warnet tersebut dapat memenuhi kriteria sebagai tenaga pemasar (bersertifikat WPPE), maka tentunya proses pembukaan rekening dapat pula dilakukan di Warnet (prinsip share shop). Prinsip regulasi yang perlu diingat, adalah jika penyelenggara Warnet bukan perusahaan efek maka petugas tersebut haruslah karyawan perusahaan efek yang ditempatkan, sedangkan jika memiliki ijin perusahaan efek maka sifatnya adalah perusahaan efek non anggota bursa (agen pemasar) yang beraliansi dengan perusahaan efek anggota bursa yang mengelola portal tersebut (Peraturan Bapepam No. V.D.8 dan V.D.9). Hal tersebut dapat pula menjadi inspirasi fokus model usaha masa depan dari perusahaan efek yang saat ini terkena ancaman rencana otoritas pasar modal untuk mengurangi jumlah anggota bursa, ataupun juga pemilihan profesi para pialang di lantai bursa jika seandainya nanti remote trading berimbas kepada bursa tanpa floor.

Wacana ini diharapkan dapat menjadi stimulus transaksi pasar modal di masa depan. Dengan dimulainya media edutaiment pada saat ini, diharapkan dapat dijadikan sarana yang efektif untuk menggeser paradigma masyarakat tentang sistem perdagangan elektronis berbasis internet, sehingga diharapkan di masa depan cita-cita perluasan investor di pasar modal dapat direspon poitif secara cepat di saat infrastruktur on-line trading telah siap. Paling tidak ditopang terlebih dahulu oleh kekuatan pemodal lokal sebelum muluk-muluk berpikir pemodal global. Semoga tulisan ini dapat menjadi inspirasi sederhana dari kepemilikan masyarakat terhadap konsep perekonomian baru di masa depan.

-yanuar Rizky, karyawan PT Bursa Efek Jakarta, pendapat pribadi

Sebelumnya elrizky.net

Teknokrasi, Politisi, dan Penumpang Gelap

Copy Protected by Chetans WP-Copyprotect.