Story Telling Harga Properti Singapura: Sinyal Siaga Kebijakan Kepemilikan Asing Properti Indonesia

-Yanuar Rizky-
elrizkyNet, 25 Juni 2015:
Seorang kawan orang Singapore, yang memegang urusan perusahaan MNC utk kawasan regional asia pasifik sekitar tahun 2010 bilang mereka orang singapur tidak nyaman (bahagia) karena pas krisis 2008 yang menyeret juga Singapura, mwngakibatkan asing boleh memiliki apartemen di Singapura sebagai jalan keluar pecahya gelumbung (buble) di sektor peoperti..

Dia bilang apartemen banyak dimiliki oleh orang dari Cina, dan Indonesia. Mereka bilang kalau sama Indonesia sih senang, karena tidak ikut merubah pasar tenaga kerja dan juga bisnis..

Menurut kawan ini, yang dari Cina itu selain beli properti, dan menaikan harga harga apartemen di Singapura, juga berbisnis di Singapura dan harga yang ditawarkan di bawah harga pasar tenaga kerja dan proyek yang ditawarkan Singaporean… dia bilang saya ini kebijakan yang salah. .

Tak berapa lama, kira-kira tahun 2012, seorang kawan yang bekerja sebagai birokrat di pemerintahan Malaysia, berkata ke saya mereka takut dengan kelompol menengah atas Indonesia paska Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) berlaku… saya kaget juga :)

Dia jawab mereka takut kelas menengah atas Indonesia akan mengakibatkan inflasi / kenaikan harga properti di Malaysia seperti yang terjadi di Singapura..

Data harga housing market di Singapore ini dapat menjelaskan apa yang dimaksud kawan saya orang Malaysia itu:

Screenshot_2015-06-25-14-03-25

Kalau dilihat trennya ketika ekonomi domestik Singapore baik memang ada kenaikan harga properti (2006 sampai Juni 2008), kemudian menjadi buble karena terjadi krisis finansial dari rembetan wall street di Amerika Serikat September 2008 yang diawali gagal bayar subprime mortgage (surat berharga dengan underlying kredit perumahan di kelas menengah bawah).

Kejadian itu, membuat harga properti di Singapura jatuh. DAN, untuk mendongkrak pemulihan, maka asing bisa beli properti di Singapura. Dampaknya, harga properti meroket lebih tinggi dari saat hanya dibeli domestik (sebelum 2008).

Jadi, dari pembicaraan dengan kawan Malaysia, saya memahami ketakutannya kalau orang kaya Jakarta merambah juga ke Malaysia, maka orang lokal Malaysia bisa tidak bahagia seperti orang Singapura, karena inflasi harga susah digapai oleh warga negaranya.

Dalam situasi saat ini, yang berubah. DIMANA, kuali balik arah dari posisi dibawah dengan beragam kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika Serikat) terkait QE yang sering dibahas di blog ini sejak awal dilakukan di 2007.

Yang harus disadari juga, ada tandem kebijakan antara The Fed dengan MAS (bank sentral Singapura), ini bisa diintip dari arus kas moneter The Fed mereka memiliki line SWAP dengan MAS. Itu kenapa, SGD juga tandem dengan USD mepet Rupiah dalam tren melemah secara kompak.

Dengan penguatan USD dan SGD atas Rupiah yang sudah dalam, situasi terproyeksi berubah, yaitu harga properti di Jakarta dan Indonesia yang akan meletus dan menurun harganya dari sisi asing (USD dan SGD).

Kalau ini cara analisisnya, maka keran asing yang boleh membeli properti di Indonesia yang dibuka pemerintahan Jokowi-JK menunjukan tanda-tanda buble properti yang dianggap sinyal krisis ekonomi domestik dikonfirmasi kebijakan pemerintah tersebut.

Sinyal krisis dan penyelesaian dengan membuka asing, setidaknya tim ekonomi pemerintah harusnya mengingatkan Presiden dalam jangka menengah membuat WNI makin sulit membeli rumah.

Story telling data harga perumahan di Singapore paska membuka keran asing di grafik di atas mengajarkan hal itu. Semoga kita tidak lupa, bahwa pertumbuhan ekonomi sebuah negara berdaulat, janganlah mencerabut hak kesejahteraan (layak) warga negara seperti tertulis dalam konstitusi.

Salam #enjoyAja,
-yanuar Rizky, WNI biasa aja

Sebelumnya elrizky.net

Teknokrasi, Politisi, dan Penumpang Gelap

Copy Protected by Chetans WP-Copyprotect.