Beras, Holtikultura dan Masa Depan ecoSystem Pertanian

-Yanuar Rizky-
elrizkyNet, 24 Oktober 2018:
Di timeline fesbuk ini saya sering liat status Mulyana Ahmad .. secara fisik saya tidak kenal… berteman di dunia maya

Hanya saja, bagi saya orang Financial Market yang 3 tahun terakhir diberi penugasan di eco system pertanian, ketahanan pangan.. status beliau menarik…

Beliau mengembangkan upaya mau kaya bertani Durian… beliau juga saya liat rajin riset micro nutrient (istilah yg baru saya kenal sebenernya) dalam komposisi pupuk nya.. untuk menambah rasa, produktifitas dstnya..

Beliau juga saya baca melakukan soiil tes (hara tanah), benih dstnya…

Itulah singkat cerita soal petani modern, based on data.. ya data apa… data soil tes, benih, pemupukan, dan yang paling penting iklim… kalau di sawah (beras) unsur utama adalah air (iklim)…

Tapi, yang ingin saya jadikan inspirasi status ini adalah soal Sawah vs Holtikultura

Dalam 3 tahun ini saya sudah datang untuk kegiatan monev distribusi dari sabang ke merauke…

Saya ketemu petani, dengan beragam realita

Kalau saya di Jawa, petani itu tua tua, tapi banyak… lahan kecil-kecil semua petani sawah… isinya Curhat …

Tapi, saya pernah ke Lombok Mataram, isinya berbeda, saya pernah liat pemilik Toko Tani di mataram punya Harley Davidson di gudang pupuk subsidi yang jadi area distribusinya..

Kenapa? Ada daya beli… sehingga petani tidak hanya mengandalkan pupuk subsidi yang generik… tapi NPK++ sesuai tanaman holtikulturanya persis kayak saya liat cara pak Mulyana dengan status duriannya…

Tentu, ada ++ micro ada harga… tapi itu berkorelasi ke margin harga panen…

Ketemu petani holti di mataram ngak banyak curhat kayak petani sawah… ya ini soal kesejahteraan

Sekarang semua ribut soal koreksi data output produksi beras… mau ribut kesana? Atau kita memikirkan mau diapakan?

Saya juga berkesempatan liat eco system pertanian di negara lain… kesimpulan saya utk sawah tak bisa tidak harus dilakukan dengan mekanisasi dengan luas lahan super luas (food estate)…

Itulah dimana marjin petani sawah akan tercapai… dan ini penyebab harga pokok petani kita kalah bersaing dengan harga pokok beras yang dihasilkan food estate

mBulet curhat soal marjin yang terus menipis ada sisi suply daya saing dengan food estate juga ada godaan tidak bisa nya kita kendalikan harga tanah, land lord properti memborong tanah petani… lahan menyempit, tapi mereka tetap petani sawah dan jadi buruh tani…

Silahkan cek data BPS, biaya bertani sawah itu berat di biaya sewa lahan dan buruh tani… disisi lain food estate mereduksi masalah sewa lahan jadi konsolidasi lahan dan buruh tani diganti mekanisasi….

Konsep sertifikasi tanah oleh pemerintah meski mungkin belum dalam gambar utuh eco system green revolution. . Tapi, itu berupaya kr land reform agar biaya sewa lahan jadi nol… tapi tantangannya ada di Dati II soal disiplin peruntukan lahan tidak boleh diluar pertanian…

Tapi, saya rasa menggeser petani dan buruh tani dari sawah ke holtikultura adalah penting dilakukan.

Saya belum riset mendalam, tapi saya pernah baca kajian Porter ke PM Thaksin saat memerintah Thailand paska krisis moneter 98, adalah mengenjot holtikultura

Soal duren misalnya, Thailand dan Malaysia fokus disitu… soal Kopi yang lagi hit… ternyata kita kalah juga dari Vietnam…

Keberanian pemerintah membuka metode baru soal ouput beras, dan bagi2 sertifikat lahan akan produktif jika itu dibahas dalam narasi Transformasi eco Sytem Pertanian kuta mau kemana…

Kalau berwacana tentu mudah, tapi membuat narasi politik ekonomi itulah tugas besar negara untuk rakyatnya….

Salam #enjoyAja,
Yanuar Rizky

-awam di pertanian, tapi karena penugasan sebagai Komisaris Independen Pupuk Indonesia ya jadi melihat permukaan masalah pertanian negeri sejauh mata memandang

Sebelumnya elrizky.net

Teknokrasi, Politisi, dan Penumpang Gelap

Copy Protected by Chetans WP-Copyprotect.