Game Theory Copras Capres

-Yanuar Rizky-
elrizkyNet, 19 Mei 2014:
Kalau dari sisi ‘game theory’ titik keseimbangan baru akan terjadi jika pemain utama bergerak ke arah baru.. Bergerak sendiri dalam literasi manajemen strategik adalah ‘action’.. dalam ‘game theory’, action itu akan mengarah ke win-win (50-50), tapi kalau diam saja membiarkan lawan yg action akan jadi looser (0:100)

Menarik liat soal tarik menarik politik di hari ini, kalau modeling game theory ini dilihat sebagai sebuah ‘kompensasi yang ingin dicapai itu apa?’… yang menarik adalah jika diasumsikan pemain paling mungkin menang adalah Jokowi, maka ada dua kemungkinan yang diambil (1) JK atau (2) Samad

Kompensasi ‘keseimbangan baru’ jika menang pilpres adalah memenangkan juga koalisi di parlemen, karena game theory memerintah ya secara permanennya perlu kerjasama parlemen. Maka, bacaannya jika JK, apa kesepakatan internal Golkar yang tidak publik ketahui?

Main dua kaki? Sangat mungkin juga, karena tradisinya seperti itu. Lalu, Golkar jalankan ‘kuasi parlemen’ setelah partainya direbut kembali sang Wapres seperti trek rekord bersama SBY 2004?

Lalu, jika dipilih Samad. Ini yang menarik, maka akan ada main catur pertama kali nanti di parlemen. Yaitu, pemilihan Ketua KPK baru. Disini, juga akan membutuhkan kerjasama dominan di parlemen, apa yg tidak kita ketahui dari deal ‘kuasi parlemen’ dibalik kesan ‘no deal’ saat ini?

Sekedar catatan, saat kali kedua SBY memerintah kita ingat kuasi parlemen memilih Ketua KPK (diluar waktu normal, saat pertama setelah berkuasa) sebagai ‘catur parlemen’, yaitu tersandungnya Ketua KPK (saat itu) Antasari Azhar di kasus hukumnya. Sehingga, jelang akhir tahun ini Busyro yang menggantinya saat itu pun akan habis masanya di KPK dan diganti.

Kalau liat hal ini, menjadi menarik melihat langkah Golkar yang ‘main sendiri’ jika Samad yang maju. Karena, jikapun PS yang menang, catur parlemen untuk pemilihan Ketua KPK baru + memilih pengganti Busyro tetap membutuhkan pemain ‘kuasi parlemen’. Meski dengan catatan, apa benar Samad? Karena sampai saat ini dia belum mundur karena syarat pilpres 7 hari sebelumnya kandidat dari pejabat negara harus mundur.

Inilah menariknya, dalam rezim multipartai, suara di 3 besar beda-beda tipis. Jika permainan dimainkan Peringkat 1 dan 3, maka Peringkat 2 selalu punya kans utk goyang dombret.

Ya, sekedar otak-atik aja sih, toh dalam banyak hal inilah yang membuat politik itu drama yang menjemukan bagi aliran ‘anti lebaynisasi sinetron’ tapi mengasyikan bagi pelaku industrinya yang senang episode dipanjang-panjangin dan kejar tayang :) #enjoyAja

-yanuar Rizky, WNI biasa saja

Sebelumnya elrizky.net

Teknokrasi, Politisi, dan Penumpang Gelap

Copy Protected by Chetans WP-Copyprotect.