Teknokrasi Ekosistem Pertanian: Sebuah Pelajaran Studi Banding Di Amerika Serikat (3)

-Yanuar Rizky-
elrizkyNet, 8 Maret 2020:

Copas Status -Yanuar Rizky-, Facebook 26 Agustus 2018;

Mungkin, ini adalah perjalanan yang paling menginjak bumi yang saya temui dalam comparative study di Amerika ini…

Kenapa menginjak Bumi? Karena, suasana petani yang saya temui sama dengan masalah kebanyakan petani di daerah yang pernah saya kunjungi, yaitu dalam posisi “glorifikasi kegureman” :)

Bedanya, mungkin kalau di Amerika ini bagian dari kegagalan dari sistem pertumbuhan agri bisnis dari dimulainya green revolution era New Deal FDR…

Menuju tempat ini agak ke pelosok, ditemani Mr Denis (yang berfoto sama saya sambil metik Timun, dan memakannya hehe)…

Beliau dari NRCS (National Reources Conservation Services) sebuah lembaga dibawah USDA (Deptan AS)..

Dan, disambut sama temannya pensiunan NRCS yang sekarang jadi ketua komunitas petani kecil di daerah (lupa nama desanya) di kota little rock, namanya Mr Eddy ya rada mirip Eddy Murphi juga dengan topi koboynya..

Gak ada yang aneh disini, proyek rumah kaca (green house) di Indonesia juga ada… semangka nya kalah jauh ama semangka di Lombok yang pernah saya lahap saat kunjungan ke NTB (simpati mendalam saat ini sedang mengalami gempa, semoga cepat bangkit)

Yang menarik, kata Mr Denis bahwa NCRS itu dibentuk untuk mengatasi kemiskinan dari small farmer dan para petani penggarap…

Dia bercerita dalam green revolution ada yang gagal, yaitu petani yang tidak bisa mengakumulasi modal dan memperluas lahannya, lalu:

1. Sistem pertanian di Amerika mengalami istilah kerennya yang ngehits kata kawan saya Rhenald Kasali “disrupsi” hehe… tapi, kalau kata Mr Denis terjadi konsolidasi alamiah, yaitu yang survival terus membeli lahan dari yang kalah dan tak mampu memperluas lahan dan menjualnya…

2. Kemudian, dengan semakin besarnya lahan dan kemampuan aset atas hutang dibiayai perbankan di AS meningkat ke arah mekanisasi, seperti saya posting dalam 2 status sebelumnya. DAMPAKNYA, pertanian yang besar dengan mekanisasi telah menyebabkan hilangnya pekerjaan penggarap (buruh tani)

3. Mereka kemudian terserap di lahan small farmer. Saya tanya berapa ukuran tresshold gurem di Deptan AS? mr Denis menjawab 20-40 hektar… ya masih jauh lebih gede dari petani kita kelas kingkong sekalipun hehe

4. Small Farmer yang menyerap penggarap kata Mr Denis mengalami masalah kemiskinan, dan ini menjadi objek subsidi yang dibina melalui NCHR

5. Saya tanya berapa subsidi? Masing2 penggarap akan mendapat bantuan USD 5000 di depan untuk membangung green house, benih, pupuk dstnya sebesar USD 4000 dan USD 1000 utk tenaganya membangun green house..

6. Kata Mr Denis diharapkan mereka bisa menghasilkan dari 1 unit green house sebesar USD 3000 per tahun untuk menambah income dari pendapatannya sebagai penggarap dan panen di small farmer land.

7. Saya tanya terus yang rutin apa? Dia bilang tidak ada, selain jaminan setiap negara bagian ada sistem irigasi yang sampai di green house biaya bujet pemda nya serta kepastian off taker dengan membuat farmer market untuk sayur dan buah yang dipanen. Kalau saya ngak salah nangkap, jadi konsumsi buah dan sayur diserap masyarakat di daerah itu, sebagai proteksi jaminan pasar…

Ya, gitulah kira-kira sejauh mata diberi kesempatan memandang glorifikasi kegureman ala Uncle Sam… #enjoyAja
FB_IMG_1583669094567
FB_IMG_1583669108834
FB_IMG_1583669104764

-Yanuar Rizky-
Komisaris Independen Pupuk Indonesia
(5 Juni 2015 – 6 Januari 2020)

Sebelumnya elrizky.net

Teknokrasi, Politisi, dan Penumpang Gelap

Copy Protected by Chetans WP-Copyprotect.