-Yanuar Rizky-
elrizkyNet, 15 Maret 2014: Tulisan ini dimulai dengan grafik tentang peta “strategi” di pasar keuangan Indonesia dalam tiga bulan awal tahun 2014. Grafik itu disipakan oleh ftrack (merek dagang dari produk analisa kantor kami, sekali-sekali boleh kan narsis hehehe) untuk kebutuhan “Market Update” kepada klien kami, yang disampaikan di pagi hari Jum’at ini.
Saya membuka ini menjadi publikasi terbuka di blog saya pribadi ini, sebagai dasar pendapat saya atas banyaknya pertanyaan kepada saya melalui BBM, SMS, WA, dan juga Fesbuk terkait respon pasar yang “konon fantastis” atas pencapresan Jokowi oleh PDIP. Grafik itu adalah peta strategi, dalam banyak literatur strategi adalah aksi. Game theory yang banyak dipakai dalam literasi strategi selalu mengatakan bahwa aksi akan menghasilkan reaksi, sehingga titik keseimbangan (harga) adalah aksi-reaksi pemain dalam arus utama di pasar keuangan.
Pemetaan itu dibuat secara berkelanjutan dari data yang dikelola setiap harinya oleh teman-teman tim kantor kami di Bandung (BIG: Bejana Investidata Globalindo), yang disampaikan kepada saya di Jakarta lewat email (lebay deh ah.. hahaha). Yang pasti domainnya jelas, “market update” jadi lebih memotret “aksi-reaksi” di pasar keuangan itu sendiri.
Ini menjadi penting, grafik di awal saya tekankan “murni pemetaan aksi-reaksi” yang mencerminkan “follow the money” di pasar keuangan, karena saya tak mau terjebak sesederhana membawa isu “eforia” seperti “Jokowi Effect” (karena bertepatan dengan pencapresannya).
Saya tekankan, tulisan ini menjawab beberapa pertanyaan yang ditujukan kepada saya soal respon pasar, maka jawaban saya tidak dalam posisi politik pro-kontra terhadap kandidat capres. Karena, saya memandang siapapun nanti Presiden terpilih akan menghadapi masalah yang sama, tantangan yang tidak ringan dari “angin sepoi-sepoi” pasar, yang seringnya kayak bensin di SPBU “baunya menyengat, tapi cepat berlalu dibawa angin”.
Baiklah, saya akan menjawab inti pertanyaannya bahwa karena Jokowi nyapres maka Rupiah menguat dan Saham Melejit. Pendapat saya, bukan itu penyebabnya. kenapa demikian, karena dari grafik aksi dan reaksi di atas, dapat dipetakan ada 3 faktor yang memicu penguatan Rupiah dan Saham:
(1) Aksi (inisiatif) pemerintah yang menyerap RI Global Bond dalam US Dolar di New York sejumlah USD 4 Miliar dengan bunga 5,95% dan 6,85%. Penyerapan US Dolar di pasar Amerika Serikat (pasar uang USD) dengan biaya tinggi (bunganya jauh diatas bunga US Dolar yang terjadi di US Bond Market disaat Fed rate masih rendah), tapi efektif menambah pasokan USD yang kemudian dibawa ke pasar uang IDR (Rupiah).
(2) Reaksi The Fed atas aksi-aksi sebelumnya yang menebar isu “trapering off QE Fed” dikemukakan dalam testimoni Chaiman Fed Yellen pada tanggal 11 Februari 2014. Yellen mengatakan dampak terburuk dari sell off QE The Fed terjadi terhadap kurs mata uang 5 emerging market, yaitu INDONESIA, Turki, India, Afrika Selatan dan Brazil. Untuk itu, Yellen mengatakan The Fed akan tetap menjalankan baseline moneternya tapi memberi kesempatan negara berkembang untuk melakukan “short term policy respon)
Anallisis aksi-reaksi (1)-(2): Menkeu Chatib Basri di 8 Januari 2014 saat penyerapan RI Global Bond bahwa itu adalah “front loading mendahului tapering off”. Jadi, kalau Yellen sebulan setelahnya memberi kesempatan emerging market melakukan respon, apa yang dikatakan Menkeu Chatib Basri BENAR “strategy is action”, mendahului kurva “jeda” yang diberikan Yellen setelahnya. TAPI, berbiaya mahal dan akan menjadi beban fiskal siapapun Capresnya. Sebagai bangsa, masalahnya untuk membuat Rupiah yang kuat kita selalu tersandera “profit taking USD”, siapapun Presidennya ujian sesungguhnya adalah merubah kondisi tersebut dengan strategi yang akurat
-tentang solusi berbiaya mahal ini bisa dilihat di tulisan saya sebelumnya
(3) Setelah adanya aksi dari Kemenkeu menyerap RI Global Bond, dan reaksi The Fed yang meberikan jeda (ambil nafas) untuk emerging market melakukan “penyesuaian kurs-nya”, Bank of Japan melakukan “aksi” untuk melakukan kontra terhadap kebijakan Tapering Off QE The Fed. Tanggal 18 Februari 2014 BOJ memutuskan untuk menambah (meningkatkan dua kali lipat) dari dana QE BOJ, jadi adalagi suply yang deras masuk ke pasar uang global (khususnya emerging market) dari QE BOJ, yaitu Yen di Carry trade ke USD.
QE dlam Yen dari BOJ ini bahkan jelas dinyatakan dapat diserap dengan equity. Dan, jalan masuk ke equity (pasar saham) di foreign asset melalui US Dolar lending. Itulah mengapa setelah QE BOJ saham kita pun ngacir lagi dan rupiah makin kuat, adakah soal siapapun nyapres? saya menjawab “tidak”. QE BOJ akan sama ceritanya di suatu waktu akan “profit taking” seperti yang dilakukan The Fed dengan apa yang mereka sebuit “tapering off”.
Ke (3) hal di atas dapat dijelaskan dari grafik dibawah ini:
Semua ini, kalau masih dari permainan (aksi) pihak luar (Bank Sentral Negara maju) maka hasilnya di jangka menegah-panjang tentu untuk pemulihan ekonomi negaranya. Saat penyerapan kembali, kita terus tersandera. Saya pernah menyaksikan kenaikan IHSG naik di sesi penutupan (marking the close) bukan baru hari ini, ketika Megawati dan SBY pernah pula merasakan saat mereka “delu-elukan” dan keduanya juga merasakan saat “pasar balik arah”.
Jadi, Pak Jokowi dan sipapun capres 2014-2019 tantangan anda berat, dan siapapun Presiden nya akan menghadapi masalah yang sama. Yang akan membedakan, jika nanti saat anda memerintah punya strategi, ingat loh strategi itu “aksi”. Selamat berpolitik, jangan lupa martabat tertinggi dari politik adalah mensejahterakan bangsanya!
-yanuar Rizky, WNI, rakyat biasa saja
How do you feel about Jokowi being declared as one of the presidential candidates?
+1 for Lutvianes Adeven finally someone with objective opinion is speaking FYI : http://rizky.elrizky.net/323
[…] Ketiga faktor itu saya tulis di http://rizky.elrizky.net/323 […]