-Yanuar Rizky-
elrizkyNet, 10 Juni 2014: Ketika Rupiah menguat dari US Dolar, saya mengatakan ada Faktor :
(1) Front Loading dari Kemenkeu yang menyerap USD yg dibawa ke pasar uang domestic dari RI Global Bond yg diterbitkan di bursa New York -8 Jan 2014;
(2) Jeda selling off QE yg diberikan The Fed agar ada respon kebijakan Emerging Market atas tapering Off spt Testimoni Chair Fed Yellen -11 Feb 2014
(3) contra policy tapering off The Fed oleh BOJ (Jepang) dengan mengucurkan QE mengatasi supply yg sudah dikurangi Fed
Ketiga faktor itu saya tulis di http://rizky.elrizky.net/323
Dampak dari adanya suply dari QE Jepang, likuiditas USD di pasar uang kembali banjir, meski The Fed mulai nutup bendungannya (tapering off). Hal itu tampak dari data berikut ini (dari dirjen pengelolaan utang depkeu) dimana asing terus naik dalam kepemilikan Surat Berharga (Utang) Negara. Itulah yang memperkuat Rupiah.
Namun, saat itu, di bulan Maret-April saya ditanya media, saya mengingatkan itu akan temporer karena akan ada ujian di bulan Juni.
Kenapa Juni, karena tipikal selling off dari The Fed dalam ambil untung (money printing) dana QE nya memang membesar di bulan Juni. Di sisi lain, QE di Jepang juga dalam rilis Februari 2014 akan direview kembali setelah bulan Juni 2014.
Jadi, kalau lihat Rupiah kembali meluncur di awal bulan Juni ini, bagi saya dan juga saya baca statement Bank Indonesia juga seperti ini, ya sudah terprediksi. Karena, arus penguatannya dari teknikal di pasar uang, yang pasti ada arus balik (trading) di pasar uang itu sendiri untuk tujuan money printing Bank Sentral negara maju.
Soal fundamental, ketahanan pangan dan energi ya tetap jadi masalah.. dan, akan naik turun tensinya sesuai arus sungai teknikal pasar uang itu sendiri.
Tapi, lagi-lagi di jelang akhir bulan Juni yang akan meningkat absorb (selling off) dari The Fed, Bank Sentral Eropa (ECB) melakukan contra policy, yaitu menurunkan bunga deposito di eropa menjadi -0,1% (11 Juni 2014).
Artinya, uang disuruh keluar dari zona eropa, karena nyimpen disana malah dipotong uangnya. Yang menarik, ini bisa dilihat Eropa tidak mau dijadikan sasaran antara uang-uang ambil untung dari selling off QE negara lain. Mereka menolak uang panas yang akan panas dingin silih berganti.
Malahan, ECB juga menaikkan operasi QE dalam USD nya. Jadi, negara-negara seperti Jepang dan Eropa, mereka melakukan reaksi dengan menggoreng sama-sama USD bersama The Fed, untuk ambil untung. Dan, menjaga arus pasar uang domestiknya bukan jadi kuali gorengan USD itu sendiri.
Jadi, gorengan USD akan masuk ke emerging market. Uang eropa juga akan masuk ke negara dengan bunga tinggi, seperti Indonesia. Jadi, bisa jadi ada yang bilang Rupiah yang kemarin mulai tertekan saat ini menguat lagi karena persepsi Copras Capres. Tapi, saya berpendapat tidak demikian, kemarin ada contra policy BOJ dan hari ini ECB.
Bagi saya, ini masalah mendasar, tantangan siapapun Presiden-nya. Karena, berharap sentimen dari langkah negara lain, kita soal waktu saja naik-turun tak menentu. Masalah mendasar, soal fundamentalnya harus dibenahi, yaitu ketahanan pangan, energi dan infrastruktur. Kita tunggu deh… #enjoyAja
ps: Soal bagaimana derasnya aliran uang pasar di SUN agar dingin jadi Fundamental Ekonomi pernah saya tulis dalam Analisa Ekonomi Kompas 28 Agustus 2006 klik http://rizky.elrizky.net/bahasa-finansial-memerlukan-kata-riil
-yanuar Rizky, WNI biasa saja