Sekali lagi soal Pasar dan Copras-Capres

-Yanuar Rizky-
elrizkyNet, 8 Juli 2014:
Baru diskusi panjang lebar dengan sebuah media yang nanya soal pasar uang dan modal dengan isu pilpres…. Intinya, saya katakan, bahwa 30 Juni 2014 BOJ (Jepang) memutuskan QE berlanjut….

Sebelum bahas QE BOJ, jangan lupa juga pemerintah merespon kebijakan negatif suku bunga di zona eropa (ECB) dengan menerbitkaan SUN berdedomonasi Euro dengan bunga hampir 3%. Jadi, ada sentimen dana yang ditarik dengan pemanis ‘bunga’ yang masuk juga ke pasar uang Rupiah dari Euro yang diserap pemerintah RI.

Disamping itu, ada Exercise pertama dari lanjutan QE dalam USD ini dari BOJ adalah 3 Juli 2014 sesi 2 (Waktu Jepang), jumlah auctionnya dinyatakan oleh BOJ ‘unlimeted’ tak terbatas, pokoknya semua yang diminta pasar akan diserap (kurang lebih begitu)

2014-07-08-10-58-12-1

Saya mengatakan, QE model ini juga diputuskan BOJ di Februari 2014, dimulai dan saat itu Rupiah kita di Maret pun perkasa… tapi loyo di Juni, karena ya itu tadi, QE BOJ emang batasnya sampai Juni, dan pasar nunggu itu… begitu 30 Juni dilanjut, kita liat lagi USD banjir ke emerging market, termasuk Rupiah menguat dan saham juga asing ON lagi..

Orang boleh ngomong apapun soal pasar, tapi bagi saya, isu politik adalah persepsi opini… sedangkan, pasar gimanapun menurut saya ‘follow the money’, sehebat apapun sentimen kalau duitnya kagak ada, ya gitu deh….

Satu hal yang saya yakini, uang beredar dari instrumen QE, sebelumnya ada QE The Fed, sekarang QE Jepang, selalu sama dampaknya. Yaitu, volatilitas, atau gampangnya naik untuk turun, turun untuk naik, silih berganti sepanjang duit dari bandar untuk ngegoreng masih dikasih.

Dan itu, menurut saya untuk postur bangsa net importir seperti Indonesia tidak mengembirakan. Karena, volatilitas yang tinggi akan membuat biaya suku bunga tinggi, dan memicu kondisi ambil untung dari impotir, yang harga inflasinya (di masyarakat) dipicu nilai tukar.

Bukan hanya masyarakat, fiskal (APBN) pun terancam resiko fiskal karena net importir BBM. Sehingga, fluktuasi nilai tukar jadi masalah untuk keseimbangan APBN. Dimana, dalam tulisan di blog ini terdahulu, siapapun Presiden-nya yang terpilih ruang gerak otak-atik APBN sudah menerima dari anggaran yang ditetapkan pemerintahan SBY dan DPR saat ini.

Saya pikir, semua analis punya sisi pandang. Ada yang senang membawa eforia dan sentimen capres idola ataupun capres dibenci pasar. Itu sah-sah saja, tapi bagi saya itu bukanlah penggeraknya.

Dan, saya menyatakan dalam keyakinan atas data-data yang saya pantau, bahwa kita tetap menghadapi resiko volatilitas dari tipikal uang QE, serta rebalancing dana global paska QE. Dan, bagi saya siapapun Presiden terpilih akan menghadapi tantangan ini.

Ini bukan soal Jokowi atau Prabowo, ini soal bangsa ini. Bagi saya, sentimen akan meyandera kita dalam arus permainan yang tidak kuasai, karena bukan kita bandarnya.

Bagi saya, membaca kepentingan dan pola uang QE selama ini. Siapapun Presiden nya, jangka pendek harus punya terapi volatilitas. Itu kuncinya, bukan dari persepsi pasar. Karena, strategi adalah aksi. Aksi pertama menentukan, yaitu harmonisasi antar lembaga negara, baik itu parlemen maupun otoritas moneter (BI, OJK).

Konsolidasi itu, akan membuat dalam ruang terbatas soal resiko fiskal bisa diatasi sama-sama, serta lindung nilai inflasi di masyarakatnya. Dalam jangka menengah (tahun ke 2), sudah bisa susun APBN agar bisa memperbaiki struktur kemandirian agar tidak tersandera impor, melepaskan diri dari skenario ‘pasar uang’.

Jangka panjang, tahun ke 3-5, ini masa janji kampanye anda untuk mewujudkan struktur ekonomi yang kuat secara fundamental.

Strategi itulah yang penting, siapapun Presidennya. Soal sentimen pasar, bukanlah sesuatu yang akan membuat kita memenangkan pertarungan, sepanjang itu adalah strategi dari pihak lain.

Saya boleh jadi salah, tapi sebagai analis saya mengemukakan secara fair dan konsisten atas dasar data yang dikelola kantor kami terkait uang beredar dsbnya. Kalau ada diktum ‘analis boleh salah, tapi jangan bohong; tapi politisi boleh bohong asal jangan berbuat salah (yang ketahuan)’. Maka, saya adalah analis, pandangan saya atas dasar apa yang saya tau dari data yang dibaca secara rutin :)

Selamat memilih Indonesia! Setelah pilpres usai, yuk kita kompak. Semoga pemimpin terpilih, siapapun dia, bisa memimpin kita untuk kompak dan memupus luka-luka selama kampanye. Ini bukan soal pasar, ini soal kita semua sebagai bangsa, mau di pasar riil dan atau pasar keuangan kita pasti dipersatukan oleh satu hal, yaitu kesejahteraan kolektif dari negeri ini :)

Karena waktu kita terbatas, kalau kita berhasil berkonsolidasi, maka saat rebalancing dana global adalah saat yang tepat untuk menanamkan pondasi ekonomi yang kuat untuk bangsa ini, meski hadilnya baru tampak di 5-10 tahun yang akan datang.

Konsolidasi politik adalah kunci sukses implementasi strategi ekonomi. Tapi, kalau ngak ada strategi, apa yang mau diimplementasi?

#enjoyAja

-yanuar Rizky, WNI, analis yang sehari-hari ngurusin kantor nya di BIG (Bejana investidata Globalindo)

Sebelumnya elrizky.net

Teknokrasi, Politisi, dan Penumpang Gelap

Copy Protected by Chetans WP-Copyprotect.