-Yanuar Rizky-
elrizkyNet, 11 Maret 2020:Ketika yang disebut booming harga Komoditas, adalah saat batubara banyak dibeli China, paska kenaikan harga minyak yang jadi isu perang moneter di 2004-2005
Setelah itu, isu berganti ke krisis gagal bayar KPR di Wall Steet akibat politik bunga tinggi utk memicu inflasi dari tingginya harga minyak…
Politik bunga kebijakan The Fed berubah ke zona Rendah, maka harga minyak di 2008 dikepret turun…
Lalu, apakah permintaan energi turun? Jawabannya tidak, karena terjadi subtitusi energi untuk produksi, yaitu gas alam.
Di Amerika Serikat sudah siap dengan Shale Gas, dan di China mereka sudah siap dengan cadangan gas dari gasifikasi batubara yang dibeli selanjutnya….
Adalah FAKTA, saat itu terjadi di Indonesia harga gas alam tidak se elastis harga pasar duniia…
Kenapa? Karena energi alternatif yang mensubtitusi energi lama, soal gas itu butuh pipanisasi ke pabrik… kalo beli dari negara lain yang murah, maka itu LNG, dan reprocessing LNG jadi gas pakai ujungnya harga di pabrik sama dengan harga gas domestik…
Jadi, kalopun harga energi itu turun, kalau untuk priduksi (hilirisasi) industri kita disandera tidak adanya pilihan selain gas alam. Disitulah, para petualang industri migas mainkan harga “take it or leave it”…
Masalahnya saat ini, apakah Amerika Serikat dan China akan bergerak dengan energi baru dengan skenario inflasi kembali rendah dan harga minyak turun?
Karena, insentif shale gas sudah dilepas Trump saat politik inflasi tinggi di seting dalam normalisasi The Fed dan Perang Dagang Trump
Pun demikian, China di 2016 mengumumkan go green policy, dimana semua pabrik dengan gasifikasi batubara ditutup. Ini yang membuat tekanan inflow ekspor batubara juga tak lagi berarti bagi Indonesia.
Terkait arah green fuel, sinyal yang saya baca dan tuliskan bisa dibaca di:
1. Misreading Mobil Listrik: klik disini
2. Tren Belanja Sawit China, Indonesia harus belajar ke era booming batubara: klik disini
Ada beberapa skenario yang menarik, apakah ini awal dari era green fuel ataukah ini bagian dari long term buy untuk kembali ke era bonanza minyak?
Terlepas dari apapun, masalah Indonesia terlalu banyak wacana (energi alternatif) tanpa implementasi…. ujungnya, jadi penonton pertarungan moneter global, yang semoga aja masih bisa beli tiket nontonnya…
#enjoyAja
Yanuar Rizky, WNI